Dua bulan menangkar jalak bali langsung berhasil
Memulai penangkaran burung jalak bali / curik bali (Leucopsar rothschildi) pada September lalu, Om Suraji langsung memetik hasilnya hanya dalam waktu dua bulan. Tiga pasangan induk jalak bali yang menjadi modal usahanya kini sudah menghasilkan 15 ekor anakan. Padahal, harga sepasang anakan umur 1 minggu bisa mencapai Rp 5 juta. Apa sih rahasia Om Suraji sehingga begitu cepat memanen menuai hasil?
—-
Om Suraji memulai usaha penangkaran jalak bali ini dengan membangun tiga petak kandang, sesuai dengan jumlah pasangan yang dimilikinya. Dia hanya memanfaatkan lahan di sekitar rumahnya yang berada di kawasan Cemandi, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, tidak jauh dari kawasan Bandara Juanda.
Setiap petak kandang berukuran panjang 2,5 meter, lebar 90 cm, dan tinggi 2,7 meter. Dalam hal ini, kandang memanjang ke belakang. Jadi, yang terlihat dari depan adalah lebar kandang 90 cm. Petak-petak kandang tersebut disusun secara berjajar.
Dinding belakang serta samping kiri-kanan dari setiap petak kandang terbuat dari batu bata tanpa disemen, sehingga terasa sejuk bagi induk burung di dalamnya. Adapun dinding depan terbuat dari kawat kassa berdiameter kecil. Bagian atas kandang juga ditutup kawat kassa, tapi sebagian ditutup dengan asbes untuk berlindung burung saat hujan atau ketika cuaca panas sekali.
Lantai kandang juga dibiarkan beralas tanah, tidak perlu disemen. Tujuannya supaya kotoran burung bisa cepat terserap tanah, dan segera diurai oleh mikroorganisme dalam tanah. Dengan demikian, lantai kandang relatif terjaga kebersihannya.
Selain dilengkapi kotak sarang, tenggeran, wadah pakan dan wadah air minum, perlu disediakan pula bak mandi di dalam kandang penangkaran. Sebab induk jalak bali senang sekali mandi. Yang penting, air di dalam bak mandi harus dalam kondisi selalu bersih.
“Setiap kali digunakan, dan terlihat kotor, harus segera diganti dengan air baru. Sebab jika bak mandi kotor, indukan jalak bali tidak mau menyentuhnya,” tutur Om Suraji, sebagaimana dikutip Tabloid Agrobur.
—-
Meski tidak membutuhkan lokasi khusus, usahakan indukan selalu nyaman di dalam kandang. Dalam hal ini, Om Suraji memasang kain untuk menutup sebagian dinding depan, seperti terlihat pada gambar di atas. Pasalnya, lokasi kandang sering dilalui anak-anak. Terkadang, karena masih kanak-kanak, mereka sering menjahili burung.
“Saya sengaja menutup kandang dengan kain, karena seringkali anak kecil lewat di sini dan menjahili indukan yang ada di dalam kandang. Saya khawatir kalau hal ini bisa mengganggu indukan,” kata Om Suraji .
Apabila burung merasa aman dan nyaman, maka pasangan indukan bakal berproduksi secara lancar. Dia telah membuktikannya. Dalam rentang waktu dua bulan sejak memulai penangkaran jalak bali, sudah 15 ekor anakan yang menetas dan bertahan hidup sampai sekarang.
Panen anakan umur 7 hari
—-
“Biasanya induk betina akan bertelur sebanyak tiga atau empat butir. Kebetulan selama dierami oleh induknya, semuanya menetas,” jelas Om Suraji.
Begitu telur menetas, maka induk dibiarkan merawat anak-anaknya hingga enam hari. Pada hari ke-7, Om Suraji langsung memanennya. Anakan diangkat bersama bahan sarangnya, kemudian dirawat dalam boks inkubator, dan diloloh sampai bisa makan sendiri.
Begitu anakan disapih atau diangkat dari sarangnya, pasangan induk jalak bali akan kawin, dan induk betina akan bertelur beberapa hari kemudian.
Menurut Om Suraji, salah satu kunci sukses breeding burung jalak bali adalah pemberian pakan yang bergizi dan seimbang, baik untuk pasangan induk maupun anak-anaknya yang disapih. Pakan induk dan anakan sama, hanya porsinya saja yang berbeda. “Jenis pakan antara lain voer ayam pedaging, pisang kepok, dan jangkrik,” tambah dia.
Voer untuk induk diberikan secara ad libitum, atau selalu tersedia. Begitu melihat voer dalam wadah mau habis, harus segera diisi kembali.
Pisang kepok untuk pasangan indukan diberikan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore, masing-masing cukup satu buah saja.
Sedangkan porsi jangkrik untuk setiap induk 20 ekor sehari, diberikan pagi, siang, dan sore hari. Jadi setiap pasangan membutuhkan 40 ekor jangkrik. Sebagian breeder, misalnya Kere Ayem Bird Farm, memberikan jangkrik 30 ekor untuk setiap pasangan. Ini disesuaikan dengan kebiasaan burung saja.
Apabila induk sedang bawa anakan, atau ketika anakan baru berumur 1-6 hari, porsi jangkrik harus ditambah menjadi 30 ekor untuk setiap induk, atau 60 ekor untuk satu pasangan induk. Pemberian juga dilakukan tiga kali sehari: pagi, siang, dan sore hari.
“Saya tidak menggunakan kroto. Soalnya sulit mendapatkan kroto yang aman, karena ada beberapa kroto yang sudah dicampur bahan pengawet sehingga membahayakan kesehatan. Tanpa kroto pun, induk jalak bali tetap produktif,” jelas Om Suraji.
—-
Kini Om Suraji sudah membuktikan sendiri, bahwa penangkaran jalak bali tidak sesulit yang difikirkan banyak orang. Mengurus izin penangkarannya pun tidak sulit. Mengingat jalak bali merupakan salah satu jenis burung dilindungi di Indonesia, maka siapapun yang ingin menangkar harus memperoleh izin dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di masing-masing provinsi.
Meski belum lama menangkar jalak bali, tak sulit bagi Om Suraji untuk memasarkan produknya. Mau tahu harganya? Anakan umur 1 minggu dibanderol seharga Rp 5 juta / pasang. Kalau penangkar mau merawatnya sampai umur 2-4 bulan, harga langsung melonjak menjadi Rp 12 juta / pasang.
Wah, breeding jalak bali ternyata gurih… gurih… gurih…. nyoiii….
—-
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar