Dewa Perang, anis merah dengan karakter tempur dan daya tahan prima
Kontes TKKM memang sudah berlangsung di Taman Kuliner Condong Catur, Jogja, 16 Maret lalu. Ada catatan tersisa, terutama penampilan anis merah Dewa Perang yang dikawal Agus. Jagoan milik Mr Rofik dari Jember ini menjuarai Kelas TKKM A, mengalahkan beberapa gaco jawara lainnya seperti Kobelco milik H Mansyur (Muntilan), Jogging milik Damar (Solo), dan Montreal milik Helmy Asalvo.
Anis merah Dewa Perang dulu bernama Leonard. Nama baru diberikan untuk menggambarkan karakter tempurnya. Kalau “terompet perang” sudah ditiup, bendera aba-aba telah dikibarkan, burung langsung bertarung dengan taktik jitu, tidak asal membabi-buta.
“Tidak hanya mengandalkan power, tetapi juga pakai siasat. Itulah ibaratnya apa yang dilakukan oleh Dewa Perang,” tambah Om Agus, yang datang jauh-jauh dari Jember ke Jogja hanya membawa Dewa Perang saja.
-
Begitu digantung, Dewa Perang memang langsung teler. Burung ini memiliki daya tahan prima, tidak pernah sekali oncleng, meski penilaian di TKKM Jogja waktu itu berlangsung selama 25 menit.
Selama lomba, burung terus menggoyangkan kepala, leher, sampai anggota tubuh dari ujung kanan sampai ke kiri habis, doyong, lantas nyaris merebah atau lebih rendah daripada posisi tangkringan, dan selalu menghentak mentul-mentul. Begitu luwes dan enak sekali dilihat.
Volumenya juga tembus. Dewa Perang membuka paruhnya begitu lebar, sampai lingkaran mulutnya seperti mau sobek. Teler doyongnya juga stabil. Tak pernah ndangak (menengadah ke atas).
Isiannya cukup lengkap, yang dinyanyikan dengan cengkok yang enak didengar, dengan lagu-lagu kasar dari jalak, cucak jenggot, jangkrik, hingga suara lovebird yang begitu jelas terdengar sampai ke luar lapangan. Speednya benar-benar rapat sekali.
Tak heran jika Dewa Perang memenangi peperangan seru di Kelas TKKM A, serta menjadirunner-up di Kelas TKKM B. Panitia memang hanya membuka dua kelas anis merah dan Dewa Perang pulang ke Jember dengan membawa dua trofi kemenangan.
Padahal, kata Om Agus, sangkarnya hanya sangkar harian polos. Belinya pun di Pasar Burung Depok Solo. “Nggak penting bagaimana sangkarnya. Yang penting bagaimana burung nampil. Bukankah ini lomba burung, bukan lomba sangkar,” kata Om Agus, kicaumania asal Surabaya yang pernah tinggal di Sengkaling, Kota Malang.
Puluhan tahun Mr Rofik orbitkan burung jawara
Kesuksesan Dewa Perang memang tidak terlepas dari tangan dingin Mr Rofik, pemain kawakan yang sudah puluhan tahun mengorbitkan burung-burung berprestasi. Selain anis merah Dewa Perang, Mr Rofik juga pernah mencetak burung jawara seperti kacer Timor Leste, Raja Brandal, dan Black Master.
Anis merah orbitannya yang moncer di lapangan juga seabrek, yang setelah mapan di-take-overoleh pemain-pemain lainnya. Misalnya Scopy yang ditransfer Mr David, Janoko yang dibeli Hj Yuan Mojokerto, Sapu Jagad yang diambil Agus Joker (Bandung), dan Sarwojoyo yang berpindah tangan ke Mr Ming Basket (Surabaya).
Masih ada lagi anis merah Gembira (kini milik Dany Tato Surabaya), Srikandi (kini milik H Taufik dari Jombang), Gajah Mada (pindah ke Budi Ramayana Muntilan), dan Raja Begut. Yang disebut terakhir sempat mengorbit bersama Mr Oyek (Susu Murni Boyolali), tetapi kini sudah berpindah tangan lagi ke Mr Harto dari Bojonegoro.
Tak hanya sampai di situ. Mr Rofik pun pernah mengorbitkan Raja Tejo, yang sekarang menjadi milik Yusuf Mabes (Jakarta), dan kini menjadi milik H Mansyur dari Muntilan. Ada pula 77 yang kini milik Roni Jember, Lontong yang dibeli Mr Zatok Rio (Babat), LGX, Siliwangi, Matador, hingga Dewa Perang yang menjadi amunisinya saat ini.
Selain anis merah Dewa Perang, Mr Rofik belum lama ini menarik kembali dua gacoan kacer, Timor Leste dan Master, yang semula dirawat Om Dwi di Kalimantan. Dengan demikian, kini dia bisa turut meramaikan lagi kelas kacer dalam berbagai even di Pulau Jawa. (Waca)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar